Dalam ulasan kali ini terhadap solusi Lumpur Lapindo kami mencoba menguraikan biomekanik dari tehnik Molekul/Bola Beton dan Bendungan sebagai solusinya dan Rudal Spuyer sebagai jawaban atas semua kekeliruan tehnik yang telah dikerkjakan.
A. Tehnik Molekul/Bola Beton.
Secara sederhana tehnik memasukkan bola kedalam lubang semburan Lumpur Lapindo dapat dilukiskan dengan memasukkan kelereng dalam gelas. Dalam hal ini kelereng tidak akan mampu menutup jalan keluarnya air dari gelas walau air ini tidak memiliki teknan atau tendangan keatas permukaan gelas.
Sifat dari zat cair selalu menempati ruang sesuai bentuknya, ketika wadah zat cair berubah bentuk maka zat cair pun akan berubah bentuknya. Pada kasus diatas, pertama-tama zat cair dalam gelas diisi
dengan biji kelereng kemudian zat cair tersebut akan meluap untuk menyesuaikan bentuknya akibat desakan ruang dan massa kelereng. Dalam hal ini zat cair memberikan tekanannya keatas dan mendesak kelereng namun karena masa jenis zat cair terlalu ringan dan kerapatan molekunya yang renggang dibanding kelereng, maka zat cair tersebut meluap keluar kepermukaan gelas melalui pori/sela kelereng. Tanpa adanya tekanan yang besar dari zat cair itu sendiri pun air dalam gelas dapat merambat keluar.
Dengan gambaran tersebut diatas, jelas bahwa tehnik Molekul/Bola Beton dalam menutup lubang semburan Lumpur Lapindo tidak akan pernah berhasil karena kenyataannya bahwa bola beton tidak akan mampu menutup lubang semburan lumpur tanpa tekanan/desakan besar keatas sekalipun apalagi lubang semburan yang memiliki semburan yang bertekanan tinggi.
Dalam keterangan lebih lanjut, metode dengan memasukkan Molekul/Bola Beton ke dalam lubang semburan Lumpur Lapindo dapat dilukiskan sebagai berikut :
1. Besar-kecil dan banyak-sedikit jumlah bola beton yang dimasukkan ke dalam lubang semburan Lumpur Lapindo tidak akan memberikan konstribusi apa-apa terhadap luapan lumpur dan hasilnya bahwa lubang sumber lumpur tersebut tetap memproduksi lumpur sebanyaknya-banyaknya. Hal ini karena lumpur cair ini masih dapat melewati celah bola-bola beton itu berada.
2. Bahwa tingkat tekanan bola-bola beton terhadap tekanan lumpur adalah nol (0). Artinya tekanan massa lumpur jauh lebih besar dibandingkan dengan tekanan massa bola beton. Bola beton yang dimasukkan kedalam lubang sumber lumpur
mendapat tekanan yang besar dari lumpur dimana daya tekan lumpur dipengaruhi oleh massa jenisnya yang terdiri dari air, tanah dan kerikil.
3. Karena massa jenis Lumpur Lapindo sangat kental maka daya tekan zat cair ini sangat tinggi sehingga bola beton yang dimasukkan dalam lubang lumpur pun mendapat tekanan keatas, hal ini mengakibatkan bola beton tidak akan mencapai dasar lubang. Sebanyak berapapun jumlah bola beton tidak berbanding dengan volume dan massa jenis lumpur.
4. Selain daya tekan besar yang dimiliki oleh lumpur itu sendiri, tekanan semburan Lumpur Lapindo juga dipengaruhi oleh daya tekan gas yang menekan dan mendasak lumpur untuk mencari jalur menuju kepermukaan.
5. Tekanan lumpur juga sangat dipengaruhi suhu, massa jenis lumpur yang kental mengakibatkan suhu lumpur memiliki titik didih yang tinggi. Ketika terjadi kenaikan suhu pada massa lumpur maka lumpur tersebut memiliki titik beku rendah ( tidak mudah mengalami penurunan suhu ). Semakin tinggi suhu lumpur, semakin tinggi pula tekanannya.
Dari kelima hal tersebut daiatas yang bekerja dan dimiliki oleh Lumpur Lapindo, maka tehnik Moleku/Bola Beton dengan cara memasukkannya kedalam lubang sumber semburan Lumpur Lapindo tidak akan membuahkan hasil. Produk Lumpur Lapindo tetap akan berjalan tanpa dipengaruhi tekanan Molekul/Bola Beton.
B. Tehnik Bendungan
Membuat bendungan di area luapan lumpur merupakan langkah untuk mencegah luberan lumpur kesegala area dan apalagi jika ketebalan, tinggi dan bahan penyerap bendungan telah diukur untuk memiliki kemampuan menyerap dan menahan lumpur.
Namun pada kenyataannya bahwa beberapa kecamatan telah terendam lumpur. Hal ini jelas menandakan bahwa bendungan tanah yang dibuat tidak mampu menahan dan menyerap jumlah produksi lumpur yang begitu besar.
Bloking luapan semburan lumpur juga tidak dapat mengurangi jumlah produksi lumpur yang dikeluarkan oleh lubang sumber semburan Lumpur Lapindo. Betapun model bloking dengan bendungan yang dibuat untuk menahan atau bahkan mengurangi produksi Lumpur Lapindo tidak akan menuai hasil. Hal ini disebabkan massa jenis lumpur yang kental dan ditambah suhu lumpur yang tinggi menyebabkan titik bekunya rendah. Kondisi seperti ini menyebabkan butuh waktu yang cukup lama untuk menanti perubahan lumpur menjadi padat.
Perubahan lumpur dari cair menjadi padat tidak dapat disamakan kecepatan beku lava yang telah keluar kepermukaan bumi karena lumpur ini tidak memiliki massa logam dan mineral lainnya sebagai bahan pengikatnya.
C. Rudal Spuyer
Model atau metode penuntasan semburan Lumpur Lapindo ini kami beri nama Rudal Spuyer sesuai dengan bentuknya mirip dengan jarum spuyer dan kepalanya yang mirip dengan rudal. Rudal Spuyer adalah sebuah alat temuan yang diciptakan khusus untuk menutup lubang sumber semburan lumpur Lapindo dengan rapat sehingga tidak ada ruang atau celah yang dapat dilalui oleh gas untuk keluar.
Untuk mengenal metode yang akan kami paparkan ini, akan dibahas pada Bab berikut secara panjang lebar beserta evaluasinya. Read More >>>
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungan dan komentar anda